Motto : Kemarin Jejakku, Hari Ini Langkahku, Besok Tujuanku

Rabu, 22 Januari 2014

IPA Terpadu dengan 1 guru.....benarkah solusi terbaik saat ini?

Sejak Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diperkenalkan oleh Pusat Kurikulum kepada sekolah pada sekitar tahun 2004, sampai kurikulum 2013 saat ini, salah satu inovasi yang disertakan di dalam KBK tersebut adalah model pembelajaran IPA Terpadu dan IPS Terpadu untuk jenjang SMP. Model pembelajaran terpadu ini antara lain mensyaratkan bahwa pelajaran IPA yang terdiri dari bidang fisika, biologi, dan kimia diajarkan oleh 1 orang guru, demikian juga dengan pelajaran IPS yang terdiri dari bidang ekonomi, sejarah, dan geografi, juga diajarkan oleh 1 orang guru saja.
Dalam perkembangannya, model pembelajaran terpadu tersebut menimbulkan pro-kontra di berbagai kalangan, terutama di kalangan para guru yang selama ini terbiasa mengajar hanya 1 bidang saja. Guru fisika misalnya, mereka menyatakan akan menemui kesulitan untuk mengajarkan biologi; begitu juga guru biologi, mereka menyatakan akan menemui kesulitan jika harus mengajarkan fisika. Namun demikian, tidak sedikit juga guru fisika atau biologi yang menganggap model pembelajaran terpadu tersebut merupakan tantangan dan harus dijawab dengan cara meningkatkan pengetahuan para guru, baik melalui pendidikan formal maupun melalui belajar mandiri.Bagaimana kebijakan tersebut di implementasikan di lapangan? Pro dan kontra tentu muncul dari diri guru IPA. Penulis pun menyadari dan tidak menyalahkan kondisi ini, karena berbagai alasan. Yang jelas menurut hemat kami memang kebijakan IPA Terpadu SMP diampu oleh satu guru mempunyai banyak kelemahan, antara lain :
  1. Banyak sarjana guru IPA SMP yang berbasis Jurusan Fisika, Biologi dan Kimia Murni. Jurusan Fisika murni misalnya, selama kuliah di Perguruan Tinggi tidak mendapat mata kuliah Biologi sama sekali, sehingga kompetensi Biologi boleh dibilang sangat rendah.
  2. Sangat dimungkinkan guru saat mengajar IPA terpadu dengan materi berbasis biologi semangat karena basisnya memang dari biologi, tetapi saat mengajar IPA Terpadu dengan materi berbasis fisika guru jadi tidak pede, grogi, dll. Yang lebih parah terjadi miskonsepsi dalam menyampaikan materi, atau pakai pendekatan CTL ( Catat Tinggal Lunga ......)
  3. Pada pendidikan lebih tinggi yaitu di SMA, IPA sudah dipecah menjadi Fisika, Biologi dan Kimia, mengapa tidak sekalian dilatih sejak SMP? Minimal anak sudah beradaptasi terhadap materi yang akan dipelajari di SMA.
  4. Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 mensyaratkan bahwa guru harus mempunyai 4 kompetensi, yaitu kompetensi Paedagogik, kompetensi Profesional, kompetensi Kepribadian dan kompetensi Sosial. Penekanan agar guru IPA SMP diampu 1 orang apakah tidak bertentangan dengan Kompetensi Profesional? Utamanya bagi guru yang berlatar belakang disiplin ilmu Fisika murni, Biologi Murni dan Kimia murni
  5. Di tingkst SMP Lomba Olimpiade Sains Nasional ( OSN ) terpisah antara fisika dan biologi, mengapa pembelajarannya memakai IPA Terpadu? Bukankah bekal anak menjadi dangkal....?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar